Mengembangkan dan Memanfaatkan Anggrek Asli Indonesia, PT Martina Berto Tbk Tandatangani Kerja Sama dengan BRIN
                
Jakarta (27/9) - Direktur PT Martina Berto Tbk, 
Kilala Tilaar dan Dr. Andes Hamuraby Rozak selaku Kepala Pusat Riset 
Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi 
Nasional (BRIN) sepakat menandatangani Perjanjian Kerja Sama dalam 
Pengembangan dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Coelogyne. 
Perjanjian
 tersebut merupakan kelanjutan dari penandatanganan MoU antara PT 
Martina Berto Tbk (salah satu unit usaha dari Martha Tilaar Group) 
dengan BPPT (yang kini melebur dengan BRIN) mengenai Kerja sama 
Eksplorasi, Identifikasi, dan Domestikasi Anggrek Coelogyne marthae 
S.E.C Sierra dalam rangka mendapatkan, serta mengembangkan potensi dari 
bunga anggrek Coelogyne marthae S.E.C. Sierra, sekaligus juga sebagai 
tindak lanjut dari penganugerahan Perekayasa Utama Kehormatan 2012 yang 
diberikan oleh BPPT kepada Dr. (HC) Martha Tilaar.
Kepala Pusat 
Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan Badan Riset dan 
Inovasi Nasional (BRIN), Andes Hamuraby Rozak mengatakan Anggrek 
Coelogyne marthae S.E.C.Sierra merupakan salah satu spesies dari genus 
Coelogyne yang informasi distribusi alaminya masih sangat terbatas. 
Sementara
 Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan 
BRIN Irni Furnawanthi Hindaningrum, menjelaskan bahwa ruang lingkup pada
 kerja sama yang ditandatangani hari ini (27/09) di Kebun Raya Bogor 
meliputi kegiatan eksplorasi, konservasi, domestikasi, dan penyusunan 
database Plasma Nutfah Coleogyne spp hasil eksplorasi tahun 2013 sampai 
dengan 2015, propagasi dan breeding Plasma Nutfah Coleogyne spp, kajian 
bioprospeksi Plasma Nutfah Coelogyne marthae dan kajian eksperimental 
botani Plasma Nutfah Coleogyne dan tumbuhan potensial lainnya. Irni juga
 berharap kerja sama ini dapat mendukung penelitian dan konservasi 
Plasma Nutfah Coelogyne terutama Coelogyne marthae secara ex situ dengan
 teknik kultur jaringan untuk menghasilkan benih yang dapat digunakan 
untuk penelitian bahan baku industri kosmetik.
Ditambahkan oleh 
Andes Hamuraby Rozak bahwa selain upaya konservasi secara ex situ, yang 
akan dilanjutkan dengan upaya pemulihan populasi Coelogyne marthae, para
 periset juga akan mengungkap status konservasinya yang saat ini masih 
terkategori sebagai Data Deficient pada Daftar Merah IUCN.
Adapun
 Kilala Tilaar dari PT Martina Berto Tbk menyatakan bahwa program 
penelitian Coelogyne marthae ini direncanakan akan berlangsung selama 
lima tahun, ”Kami berharap kerja sama ini dapat meningkatkan pelestarian
 alam Indonesia, khususnya anggrek asli Indonesia dan mengembangkannya 
menjadi produk-produk yang berbasis tanaman khas Indonesia, serta 
meningkatkan kerja sama yang lebih erat lagi antara akademisi, institusi
 pemerintah, dan perusahaan swasta.”
Genus Coelogyne sendiri 
merupakan salah satu jenis anggrek yang hidup secara epifit dan 
terkadang dijumpai hidup di tanah (terrestrial), di atas bebatuan atau 
lumut (litofit). Terdapat 200 spesies dengan 60 di antaranya berada di 
Kalimantan. Klasifikasi genus Coelogyne terbagi menjadi beberapa seksi 
dan salah satunya adalah seksi Verrucosae. Seksi ini terdiri atas 
beberapa spesies yang di antaranya adalah spesies baru Coelogyne marthae
 S.E.C. Sierra. Coelogyne marthae S.E.C Sierra adalah anggrek endemik, 
masuk ke dalam daftar appendix II Convention on International Trade in 
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES). 
Pemberian 
nama Coelogyne marthae S.E.C. Sierra merupakan suatu penghargaan kepada 
Dr. (HC) Martha Tilaar dari The National Herbarium of the Netherlands 
atas upaya beliau mendirikan Martha Tilaar Professorial Chair di Leiden 
University pada tahun 2000 dan atas keberhasilan beliau membangun 
perusahaan kosmetik dan perawatan alami berdasarkan kearifan lokal yang 
diolah secara ilmiah untuk memenuhi kebutuhan kehidupan di masa kini.
Agar
 bisa terus relevan dengan zaman dan mampu mengidentifikasi tren 
kosmetik dan produk natural, Dr. (HC) Martha Tilaar juga mendirikan 
Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) yang merupakan pusat penelitian, 
pengembangan, kreasi dan inovasi bahan baku alami, produk serta 
pelayanan Martha Tilaar Group. MTIC Memadukan kearifan budaya dan 
pengetahuan leluhur, serta sumber keanekaragaman hayati Indonesia dengan
 dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan produk-produk
 inovasi. 
MTIC memiliki beberapa aktivitas yang meliputi riset 
dan pengembangan, publikasi baik nasional maupun internasional, 
membangun kolaborasi dengan universitas maupun lembaga-lembaga 
penelitian, dan mengadakan Ristek-MTIC Award untuk menjembatani peneliti
 dengan dunia industri. Divisi Riset dan Pengembangan terdiri atas 
beberapa departemen, seperti Pengembangan Budidaya Tanaman, Riset 
Tanaman, Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Kemasan, Pengembangan 
Kemasan & Registrasi produk, Formulasi serta Penelitian Produk dan 
Ekstrak. Tiap departemen memiliki laboratorium dan dilengkapi dengan 
peralatan berteknologi canggih. Berkat MTIC, Martha Tilaar Group dikenal
 dengan inovasi produk dan marketingnya yang tak jarang menjadi standar 
di industri kosmetik nasional.